Sabtu, 02 Juli 2011

Pos Jaga


pos jaga adalah salah satu bangunan yang di butuhkan dalam sebuah kawasan perumahan.
pos jaga ini di bangun dengan tujuan memberi kenyamanan dan keselamatan dalam sebuah kawasan peumahan.



Pengalaman waktu survey


Gereja Ijen Malang Yang Cantik

Berawal dari jalan-jalan sehingga saya bisa merasakan jiwa arsitektur kolonial dimana bangunan yang saya lihat di daerah Jl. Ijen .Kemudian saya bisa ungkapkan pengalaman waktu survey.

Bangunan gereja Katolik Katerdal ini berarsitektur kolonial bekas kependudukan di zaman Belanda, Bangunan di sekitar jl. Ijen ini bercirikan Arsitektur gaya Belanda yaitu “Nieuwe Bouwen” yang beratap datar, gevel horizontal dan volume bangunan berbentuk persegi empat. Bangunan sudut diolah dengan menggunakan elemen taambahan berupa menara. Perancangan yang tanggap akan potensi keindahan lingkungan yang membentuk bangunan sesuai dengan bangunan sekitar, sehingga Gereja ini menjadi icon d Jl. Ijen. Dan gereja ini letaknya sangat strategis yaitu di pusat kota malang.

 Ada dua buah gereja besar yang terdapat di sekitar pusat Kota Malang. Keduanya sering salah disebut sebagai Gereja Katedral Malang. Maklum, keduanya memang berukuran besar dan bergaya Neo-Gotik Belanda dan dibangun pada masa kolonialisme Belanda dahulu. Nggak heran, kedua gereja ini mendapat predikat Katedral. Untuk jelasnya, gereja yang terletak dekat dengan alun-alun Kota Malang wilayah Kayutangan adalah Gereja Hatikudus Yesus. Walaupun unik, besar dan indah, gereja ini bukanlah katedral. Gereja Katedral Malang ialah gereja yang terletak di Jalan Ijen, dekat dengan Museum Brawijaya. Gereja yang bernama Gereja Santa Maria Bunda Karmel ini dikenal dengan nama Gereja Ijen. Omong-omong soal Jalan Ijen, jalan ini adalah salah satu jalan terindah dan terapih yang ada di Kota Malang. Kanan dan kiri jalan ini dipenuhi oleh rumah-rumah yang rapih dan terawat bergaya kolonial serta berhalaman luas. Penghijauan juga sangat terasa di Jalan Ijen ini.
Gereja Ijen ini bangunannya agak lebih sederhana dibanding Gereja Hatikudus Yesus yang detail bangunannya rumit. Walau demikian, kedua jenis bangunan ini serupa dan cukup identik sehingga kerap disebut sebagai Katedral. Jadwal misa di kedua gereja ini sama, pukul 6 dan 8 pada pagi hari lalu 16.30 dan 18.30 pada sore hari. Perbedaan yang mencolok antara kedua gereja ialah lokasi. Jalan Ijen tergolong jalan yang sepi dari keramaian saat malam tiba. Walaupun kendaraan masih berseliweran tiada henti di depan gereja, namun tingkat lalu lalang manusia di tempat ini sangat jarang. Tempat ini termasuk dalam kategori sepi pada malam hari. Keadaan berbeda bisa anda dapatkan di Gereja Hatikudus Yesus. Gereja yang terletak dekat alun-alun ini ramai. Sangat ramai, malah. Hingga malam pun, kita bisa melihat berbagai keramaian, mulai dari lalu lalang manusia hingga kendaraan. Mungkin hal ini disebabkan oleh lokasinya yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan Sarinah, Gramedia, Alun-Alun dan Restoran Oen.

Dalam perjalanan menuju ke Terminal Landungsari, apabila anda menaiki angkot ADL atau AL, maka anda akan melewati Jalan Ijen ini. Jangan lupa untuk memperhatikan jalan dan melihat ada Gereja Ijen di sebelah kanan jalan. Saat malam hari tiba, gereja ini cantik sekali untuk difoto. Ketiadaan lampu yang cukup terang di sekitar gereja bisa membuat foto yang akan jepret akan tampak cantik dan alami. Gereja ini dibangun pada tahun 1936 oleh arsitek Belanda dan hingga kini masih dipertahankan dan terawat baik sebagai Gereja Katolik. Kalau anda kebetulan menyambangi gereja ini di hari sabtu atau minggu, cobain dech rasakan sensasi mengikuti misa di gereja ini.

Jumat, 17 Juni 2011

Kawasan Perdaganagan Kajoetangan

Tema : Arsitektur Kota Malang
Topik : Kawasan Perdagangan Peninggalan Kolonial
Judul : Kawasan Perdaganagan Kajoetangan.
Kerangka Karangan
• Sejarah
Kawasan Kajoetangan merupakan kawasan perdagangan kota Malang dimasa pendudukan Kolonial Belanda. Seiring dengan tumbuhnya pemukiman orang Belanda di kota Malang pada tahun 1920-an yang membutuhkan fasilitas perdagangan kota, maka tumbuhlah kawasan perdagangan elite yang ada di jalan Kajoetangan tersebut, selain itu Kajoetangan merupakan jalan yang dilewati jalur penghubung kota Malang dengan kota Surabaya sehingga daerah yang strategis untuk kawasan perdagangan.
• Ciri khas
Bentuk Arsitektural dari bangunan yang ada dikawasan ini dulu bercirikan Arsitektur gaya Belanda di Indonesia, yaitu Indische Empire dan Neuwen Bouwen. Beberapa Sedangkan,di daerah Kajoetangan ada satu bangunan yang di kenal oleh manca negara.
• Budaya
Toko “oen” merupakan salah satu obyek wisata sejarah di kota malang yang sering dikunjungi turis asing khususnya dari Eropa, maka itu perlu untuk di lestarikan.

Kawasan Perdaganagan Kajoetangan
Kawasan Kajoetangan merupakan kawasan perdagangan kota Malang dimasa pendudukan Kolonial Belanda. Seiring dengan tumbuhnya pemukiman orang Belanda di kota Malang pada tahun 1920-an yang membutuhkan fasilitas perdagangan kota, maka tumbuhlah kawasan perdagangan elite yang ada di jalan Kajoetangan tersebut, selain itu Kajoetangan merupakan jalan yang dilewati jalur penghubung kota Malang dengan kota Surabaya sehingga daerah yang strategis untuk kawasan perdagangan.
Kajoetangan, satu kata yang dahulu tidak asing bagi kera Ngalam. Nama Kajoetangan dahulu menggambarkan suatu kawasan yang spesifik, daerah perdagangan yang elite dan nyaman untuk berbelanja atau sekedar uklam-uklam (jalan-jalan). Citra kawasan tidak terlepas dari pemahaman “image” tentang sesuatu yang ada atau pernah ada/melekat pada kawasan tersebut. Nama Kajoetangan dan nama-nama lokal Malang yang lain seperti Tjlaket, Klodjen dan lainnya adalah satu nama yang sangat spesifik bahkan unik yang dapat menjadi satu “ciri” spesifik dan tidak terdapat di kota lain. Kekayaan Malang dengan Toponim tersebut sebenarnya merupakan aset yang harus dipertahankan dan dilestarikan untuk menjaga identitas Malang. Pencitraan spesifik kawasan kota seperti halnya Kajoetangan sebenarnya tidak dapat dibangun tetapi terbentuk dengan sendirinya. Citra kawasan terbentuk dari pemahaman “image” atau pengenalan obyek-obyek fisik maupun obyek non fisik yang yang terbentuk dari waktu ke waktu. Aspek historis dan pengenalan “image” yang diitangkap oleh
masyarakat kota menjadi penting dalam pemaknaan citra kawasan. Kawasan Kajoetangan terletak mulai dari perempatan Alun-alun (kotak) utara sampai dengan pertigaan Oro-oro Dowo.

Pembangunan Gementee Malang waktu itu sangat pesat serta memacu munculnya gaya-gaya arsiektur bangunan baru di Malang. Di tahun 1930-an muncul bangunan yang ciri “Nieuwe Bouwen” yaitu beratap datar, gevel horizontal, dan volume bangunan berbentuk persegi empat serta berwarna putih. Bangunan sudut diolah dengan menggunakan elemen tambahan berupa menara. perancangan yang tanggap akan potensi keindahan lingkungan, yaitu membentuk bangunan sebagai gerbang vista untuk menampilkan gunung Kawi yang menjadi orientasi jalan Semeru. pada umumnya mempunyai ciri yang sama yakni “Nieuwe Bouwen”.Seperti halnya bangunan kembar di simpang jalan Kajoetangan dengan jalan Semeroe pada tahun 1935-an didirikan komplek pertokoan yaitu toko buku “CCFT Van Dorp”, toko perhiasan “Juwiler Tan”, toko “HAZES” dan “hotel YMCA”. Empat bangunan yang dirancang sebagai pertokoan elite ini dirancang oleh seorang arsitek yang bernama “Karel Bos”.

Bentuk Arsitektural dari bangunan yang ada dikawasan ini dulu bercirikan Arsitektur gaya Belanda di Indonesia, yaitu Indische Empire dan Neuwen Bouwen. Beberapa Sedangkan,di daerah Kajoetangan ada satu bangunan yang di kenal oleh manca negara.Toko “Oen” Merupakan sebuah toko kue yang sudah ada sejak jaman belanda hingga sekarang masih berdiri kokoh di lokasi yang sama jalan Kayutangan No.5 Malang. Merupakan salah satu obyek wisata sejarah di kota malang yang sering dikunjungi turis asing khususnya dari Eropa. Bagi anda yang pernah ataupun yang ingin berwisata ke kota malang ada baiknya mampir di Toko “Oen” ini untuk menikmati hidangan dan suasana yang kurang lebih sama dengan tahun 40-an dulu.Dalam usaha melestarikan bangunan lama, pemerintah perlu menerapkan sistem incentive sebagai “rangsangan” atau penghargaan bagi siapa saja yang menjaga keaslian ataupun dapat memanfaatkannya tanpa harus merusak atau membongkar bangunan yang mempunyai nilai-nilai tertentu. Pemerintah hendaknya lebih tegas dalam membuat peraturan tentang pemasangan reklame terutama pada fasade bangunan agar tampilan karakter visual kawasan Kajoetangan tertata rapi dan indah dari segi Arsitektural.