Gereja Ijen Malang Yang Cantik
Berawal dari jalan-jalan sehingga saya bisa merasakan jiwa arsitektur kolonial dimana bangunan yang saya lihat di daerah Jl. Ijen .Kemudian saya bisa ungkapkan pengalaman waktu survey.
Bangunan gereja Katolik Katerdal ini berarsitektur kolonial bekas kependudukan di zaman Belanda, Bangunan di sekitar jl. Ijen ini bercirikan Arsitektur gaya Belanda yaitu “Nieuwe Bouwen” yang beratap datar, gevel horizontal dan volume bangunan berbentuk persegi empat. Bangunan sudut diolah dengan menggunakan elemen taambahan berupa menara. Perancangan yang tanggap akan potensi keindahan lingkungan yang membentuk bangunan sesuai dengan bangunan sekitar, sehingga Gereja ini menjadi icon d Jl. Ijen. Dan gereja ini letaknya sangat strategis yaitu di pusat kota malang.
Ada dua buah gereja besar yang terdapat di sekitar pusat Kota Malang. Keduanya sering salah disebut sebagai Gereja Katedral Malang. Maklum, keduanya memang berukuran besar dan bergaya Neo-Gotik Belanda dan dibangun pada masa kolonialisme Belanda dahulu. Nggak heran, kedua gereja ini mendapat predikat Katedral. Untuk jelasnya, gereja yang terletak dekat dengan alun-alun Kota Malang wilayah Kayutangan adalah Gereja Hatikudus Yesus. Walaupun unik, besar dan indah, gereja ini bukanlah katedral. Gereja Katedral Malang ialah gereja yang terletak di Jalan Ijen, dekat dengan Museum Brawijaya. Gereja yang bernama Gereja Santa Maria Bunda Karmel ini dikenal dengan nama Gereja Ijen. Omong-omong soal Jalan Ijen, jalan ini adalah salah satu jalan terindah dan terapih yang ada di Kota Malang. Kanan dan kiri jalan ini dipenuhi oleh rumah-rumah yang rapih dan terawat bergaya kolonial serta berhalaman luas. Penghijauan juga sangat terasa di Jalan Ijen ini.
Gereja Ijen ini bangunannya agak lebih sederhana dibanding Gereja Hatikudus Yesus yang detail bangunannya rumit. Walau demikian, kedua jenis bangunan ini serupa dan cukup identik sehingga kerap disebut sebagai Katedral. Jadwal misa di kedua gereja ini sama, pukul 6 dan 8 pada pagi hari lalu 16.30 dan 18.30 pada sore hari. Perbedaan yang mencolok antara kedua gereja ialah lokasi. Jalan Ijen tergolong jalan yang sepi dari keramaian saat malam tiba. Walaupun kendaraan masih berseliweran tiada henti di depan gereja, namun tingkat lalu lalang manusia di tempat ini sangat jarang. Tempat ini termasuk dalam kategori sepi pada malam hari. Keadaan berbeda bisa anda dapatkan di Gereja Hatikudus Yesus. Gereja yang terletak dekat alun-alun ini ramai. Sangat ramai, malah. Hingga malam pun, kita bisa melihat berbagai keramaian, mulai dari lalu lalang manusia hingga kendaraan. Mungkin hal ini disebabkan oleh lokasinya yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan Sarinah, Gramedia, Alun-Alun dan Restoran Oen.
Dalam perjalanan menuju ke Terminal Landungsari, apabila anda menaiki angkot ADL atau AL, maka anda akan melewati Jalan Ijen ini. Jangan lupa untuk memperhatikan jalan dan melihat ada Gereja Ijen di sebelah kanan jalan. Saat malam hari tiba, gereja ini cantik sekali untuk difoto. Ketiadaan lampu yang cukup terang di sekitar gereja bisa membuat foto yang akan jepret akan tampak cantik dan alami. Gereja ini dibangun pada tahun 1936 oleh arsitek Belanda dan hingga kini masih dipertahankan dan terawat baik sebagai Gereja Katolik. Kalau anda kebetulan menyambangi gereja ini di hari sabtu atau minggu, cobain dech rasakan sensasi mengikuti misa di gereja ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar